MIG33TEBINGTINGGI
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

MIG33TEBINGTINGGI

Welcome to the Mig33tebingtinggi Community
 
IndeksIndeks  PortalPortal  PencarianPencarian  Latest imagesLatest images  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  

 

 Hachiko.. Kisah Anjing yang Setia...

Go down 
PengirimMessage
mr.misterious
Calon kolonel
Calon kolonel
mr.misterious


Male
Jumlah posting : 66
Age : 35
Lokasi : tebing tinggi
Mig33 UserName : mig33username
Registration date : 28.09.08

Hachiko.. Kisah Anjing yang Setia... Empty
PostSubyek: Hachiko.. Kisah Anjing yang Setia...   Hachiko.. Kisah Anjing yang Setia... Icon_minitimeFri Mar 13, 2009 4:42 am

Hachiko.. Kisah Anjing yang Setia... June15-hachiko-500
Hachiko, kesetiaan seekor anjing
Di Kota Shibuya, Jepang, tepatnya di alun-alun sebelah timur Stasiun
Kereta Api Shibuya, terdapat patung yang sangat termasyur. Bukan patung
pahlawan ataupun patung selamat datang, melainkan patung seekor anjing.
Dibuat oleh Ando Takeshi pada tahun 1935 untuk mengenang kesetiaan
seekor anjing kepada tuannya.


Seorang Profesor setengah tua tinggal sendirian di Kota Shibuya.
Namanya Profesor Hidesamuro Ueno. Dia hanya ditemani seekor anjing
kesayangannya, Hachiko. Begitu akrab hubungan anjing dan tuannya itu
sehingga kemanapun pergi Hachiko selalu mengantar. Profesor itu setiap
hari berangkat mengajar di universitas selalu menggunakan kereta api..
Hachiko pun setiap hari setia menemani Profesor sampai stasiun. Di
stasiun Shibuya ini Hachiko dengan setia menunggui tuannya pulang tanpa
beranjak pergi sebelum sang profesor kembali. Dan ketika Profesor Ueno
kembali dari mengajar dengan kereta api, dia selalu mendapati Hachiko
sudah menunggu dengan setia di stasiun. Begitu setiap hari yang
dilakukan Hachiko tanpa pernah bosan.


Musim dingin di Jepang tahun ini begitu parah. Semua tertutup salju.
Udara yang dingin menusuk sampai ke tulang sumsum membuat warga
kebanyakan enggan ke luar rumah dan lebih memilih tinggal dekat
perapian yang hangat.


Pagi itu, seperti biasa sang Profesor berangkat mengajar ke kampus. Dia
seorang profesor yang sangat setia pada profesinya. Udara yang sangat
dingin tidak membuatnya malas untuk menempuh jarak yang jauh menuju
kampus tempat ia mengajar. Usia yang semakin senja dan tubuh yang
semakin rapuh juga tidak membuat dia beralasan untuk tetap tinggal di
rumah. Begitu juga Hachiko, tumpukan salju yang tebal dimana-mana tidak
menyurutkan kesetiaan menemani tuannya berangkat kerja. Dengan jaket
tebal dan payung yang terbuka, Profesor Ueno berangkat ke stasun
Shibuya bersama Hachiko.


Tempat mengajar Profesor Ueno sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat
tinggalnya. Tapi memang sudah menjadi kesukaan dan kebiasaan Profesor
untuk naik kereta setiap berangkat maupun pulang dari universitas.



Kereta api datang tepat waktu. Bunyi gemuruh disertai terompet panjang
seakan sedikit menghangatkan stasiun yang penuh dengan orang-orang yang
sudah menunggu itu. Seorang awak kereta yang sudah hafal dengan
Profesor Ueno segera berteriak akrab ketika kereta berhenti. Ya, hampir
semua pegawai stasiun maupun pegawai kereta kenal dengan Profesor Ueno
dan anjingnya yang setia itu, Hachiko. Karena memang sudah
bertahun-tahun dia menjadi pelanggan setia kendaraan berbahan bakar
batu bara itu.


Setelah mengelus dengan kasih sayang kepada anjingnya layaknya dua
orang sahabat karib, Profesor naik ke gerbong yang biasa ia tumpangi.
Hachiko memandangi dari tepian balkon ke arah menghilangnya profesor
dalam kereta, seakan dia ingin mengucapkan,saya akan menunggu tuan
kembali.


Anjing manis, jangan pergi ke mana-mana ya, jangan pernah pergi sebelum
tuan kamu ini pulang! teriak pegawai kereta setengah berkelakar.


Seakan mengerti ucapan itu, Hachiko menyambut dengan suara agak keras,guukh!
Tidak berapa lama petugas balkon meniup peluit panjang, pertanda kereta
segera berangkat. Hachiko pun tahu arti tiupan peluit panjang itu.
Makanya dia seakan-akan bersiap melepas kepergian profesor tuannya
dengan gonggongan ringan. Dan didahului semburan asap yang tebal,
kereta pun berangkat. Getaran yang agak keras membuat salju-salju yang
menempel di dedaunan sekitar stasiun sedikit berjatuhan.



Di kampus, Profesor Ueno selain jadwal mengajar, dia juga ada tugas
menyelesaikan penelitian di laboratorium. Karena itu begitu selesai
mengajar di kelas, dia segera siap-siap memasuki lab untuk
penelitianya. Udara yang sangat dingin di luar menerpa Profesor yang
kebetulah lewat koridor kampus.


Tiba-tiba ia merasakan sesak sekali di dadanya. Seorang staf pengajar
yang lain yang melihat Profesor Ueno limbung segera memapahnya ke
klinik kampus. Berawal dari hal yang sederhana itu, tiba-tiba kampus
jadi heboh karena Profesor Ueno pingsan. Dokter yang memeriksanya
menyatakan Profesor Ueno menderita penyakit jantung, dan siang itu
kambuh. Mereka berusaha menolong dan menyadarkan kembali Profesor.
Namun tampaknya usaha mereka sia-sia. Profesor Ueno meninggal dunia.
Segera kerabat Profesor dihubungi. Mereka datang ke kampus dan
memutuskan membawa jenazah profesor ke kampung halaman mereka, bukan
kembali ke rumah Profesor di Shibuya.



Menjelang malam udara semakin dingin di stasiun Shibuya. Tapi Hachiko
tetap bergeming dengan menahan udara dingin dengan perasaan gelisah.
Seharusnya Profesor Ueno sudah kembali, pikirnya. Sambil mondar-mandir
di sekitar balkon Hachiko mencoba mengusir kegelisahannya. Beberapa
orang yang ada di stasiun merasa iba dengan kesetiaan anjing itu. Ada
yang mendekat dan mencoba menghiburnya, namun tetap saja tidak bisa
menghilangkan kegelisahannya.


Malam pun datang. Stasiun semakin sepi. Hachiko masih menunggu di situ.
Untuk menghangatkan badannya dia meringkuk di pojokan salah satu ruang
tunggu. Sambil sesekali melompat menuju balkon setiap kali ada kereta
datang, mengharap tuannya ada di antara para penumpang yang datang.
Tapi selalu saja ia harus kecewa, karena Profesor Ueno tidak pernah
datang. Bahkan hingga esoknya, dua hari kemu dian , dan berhari-hari
berikutnya dia tidak pernah datang. Namun Hachiko tetap menunggu dan
menunggu di stasiun itu, mengharap tuannya kembali. Tubuhnya pun mulai
menjadi kurus.


Para pegawai stasiun yang kasihan melihat Hachiko dan penasaran kenapa
Profesor Ueno tidak pernah kembali mencoba mencari tahu apa yang
terjadi. Akhirnya didapat kabar bahwa Profesor Ueno telah meninggal
dunia, bahkan telah dimakamkan oleh kerabatnya.


Mereka pun berusaha memberi tahu Hachiko bahwa tuannya tak akan pernah
kembali lagi dan membujuk agar dia tidak perlu menunggu terus. Tetapi
anjing itu seakan tidak percaya, atau tidak peduli. Dia tetap menunggu
dan menunggu tuannya di stasiun itu, seakan dia yakin bahwa tuannya
pasti akan kembali. Semakin hari tubuhnya semakin kurus kering karena
jarang makan.


Akhirnya tersebarlah berita tentang seekor anjing yang setia terus
menunggu tuannya walaupun tuannya sudah meninggal. Warga pun banyak
yang datang ingin melihatnya. Banyak yang terharu. Bahkan sebagian
sempat menitikkan air matanya ketika melihat dengan mata kepala sendiri
seekor anjing yang sedang meringkuk di dekat pintu masuk menunggu
tuannya yang sebenarnya tidak pernah akan kembali. Mereka yang simpati
itu ada yang memberi makanan, susu, bahkan selimut agar tidak
kedinginan.


Selama 9 tahun lebih, dia muncul di station setiap harinya pada pukul 3
sore, saat dimana dia biasa menunggu kepulangan tuannya. Namun
hari-hari itu adalah saat dirinya tersiksa karena tuannya tidak kunjung
tiba. Dan di suatu pagi, seorang petugas kebersihan stasiun
tergopoh-gopoh melapor kepada pegawai keamanan. Sejenak kemu dian
suasana menjadi ramai. Pegawai itu menemukan tubuh seekor anjing yang
sudah kaku meringkuk di pojokan ruang tunggu. Anjing itu sudah menjadi
mayat. Hachiko sudah mati. Kesetiaannya kepada sang tuannya pun terbawa
sampai mati.


Warga yang mendengar kematian Hachiko segera berduyun-duyun ke stasiun
Shibuya. Mereka umumnya sudah tahu cerita tentang kesetiaan anjing itu.
Mereka ingin menghormati untuk yang terakhir kalinya. Menghormati
sebuah arti kesetiaan yang kadang justru langka terjadi pada manusia.


Mereka begitu terkesan dan terharu. Untuk mengenang kesetiaan anjing
itu mereka kemu dian membuat sebuah patung di dekat stasiun Shibuya.
Sampai sekarang taman di sekitar patung itu sering dijadikan tempat
untuk membuat janji bertemu. Karena masyarakat di sana berharap ada
kesetiaan seperti yang sudah dicontohkan oleh Hachiku saat mereka harus
menunggu maupun janji untuk datang. Akhirnya patung Hachiku pun
dijadikan symbol kesetiaan. Kesetiaan yang tulus, yang terbawa sampai
mati.
Kembali Ke Atas Go down
 
Hachiko.. Kisah Anjing yang Setia...
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» anjing terbesar di dunia
» N95 yang ini
» 10 Binatang yang mengharukan di tahun 2008
» TRIK MENGATASI GPRS YANG SERING DC /GA STABIL
» Jumlah Vote Yang Dibutuhkan Untuk Ngekick

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
MIG33TEBINGTINGGI :: OTHER :: FORUM BEBAS SEMAO LOE-
Navigasi: